
Ini Dia Jenis-Jenis Top Coat dan Kegunaannya pada Proses Finishing
- By Biovarnish - 04 Desember 2024 - 07:49:30
Topcoat adalah tahap terakhir dalam proses finishing kayu. Lapisan ini ibarat pelindung sekaligus pemanis untuk permukaan kayu, memastikan furniture atau elemen kayu yang dihasilkan tidak hanya indah, tetapi juga tahan lama terhadap berbagai kondisi lingkungan. Memilih topcoat yang tepat penting, karena setiap jenis memiliki karakteristik, keunggulan, dan kekurangan yang berbeda.
Polyurethane adalah salah satu jenis topcoat yang paling populer di dunia finishing kayu. Ini karena PU menawarkan lapisan pelindung yang keras, tahan lama, dan serbaguna. PU mampu melindungi kayu dari air, goresan, panas, bahkan bahan kimia ringan. Inilah sebabnya polyurethane sering digunakan untuk produk yang menghadapi penggunaan berat, seperti lantai kayu, meja makan, atau countertop dapur.
Kelebihan lain dari PU adalah ketersediaannya dalam berbagai hasil akhir, dari yang mengilap (glossy) hingga yang lembut (matte). Sayangnya, PU berbasis solvent cenderung mengeluarkan bau yang kuat selama proses aplikasi, meski sekarang tersedia juga versi berbasis air yang lebih ramah lingkungan dan lebih mudah digunakan di area indoor.

Jika kamu mencari hasil finishing yang jernih dan tahan lama, terutama untuk kayu dengan warna terang seperti pinus, acrylic adalah pilihan yang sangat baik. Topcoat berbahan dasar acrylic memiliki keunggulan utama yaitu tidak menguning seiring waktu, sehingga cocok untuk furniture yang ingin mempertahankan keindahan warna aslinya.
Kelebihan lain dari acrylic adalah fleksibilitasnya. Lapisan ini tidak mudah retak atau pecah, bahkan jika kayu memuai atau kontraksi akibat perubahan suhu atau kelembapan. Jika dirasa kurang kuat untuk outdoor, kamu bisa menggunakan top coat berbahan polyurethane.
Melamine dikenal sebagai pilihan ekonomis untuk finishing kayu. Proses aplikasinya relatif cepat dan sederhana, menjadikannya favorit untuk kebutuhan furniture produksi massal, seperti kabinet atau rak buku. Namun, melamine memiliki kekurangan dalam hal daya tahan terhadap air dan goresan jika dibandingkan dengan PU.
Untuk keperluan indoor, terutama furniture yang tidak sering terpapar kelembapan atau beban berat, melamine bisa menjadi alternatif yang efisien dari segi biaya.
Baca juga tentang: Mengenal Istilah Tingkat Glossy berdasar Sheen Level
Varnish adalah pilihan klasik untuk mereka yang ingin mempertahankan keindahan alami kayu. Topcoat ini biasanya transparan, sehingga serat-serat kayu yang indah tetap terlihat jelas. Selain itu, varnish sering digunakan pada furniture outdoor karena mampu melindungi kayu dari cuaca, meski butuh aplikasi ulang secara berkala untuk menjaga performanya.
Varnish tersedia dalam berbagai tingkat kilau, dari matte hingga super glossy, dan sering digunakan pada perabot kayu yang membutuhkan sentuhan estetis tanpa kehilangan fungsionalitasnya.

Shellac adalah topcoat yang terbuat dari bahan alami, yakni resin yang dihasilkan oleh serangga jenis lac. Karena sifatnya yang organik, shellac sering digunakan untuk memberikan sentuhan tradisional pada furniture antik. Shellac memberikan kilau hangat yang khas, tetapi sayangnya tidak tahan terhadap air atau panas, sehingga tidak cocok untuk penggunaan berat.
Meski begitu, kelebihan utama shellac adalah kemudahannya diperbaiki. Jika permukaan kayu rusak, cukup poles ulang tanpa harus menghapus lapisan sebelumnya.
Wax adalah topcoat yang lebih bersifat dekoratif dibandingkan protektif. Lapisan lilin memberikan hasil akhir matte atau satin yang lembut, cocok untuk furniture bergaya rustic atau natural. Namun, wax tidak memberikan perlindungan maksimal terhadap air atau goresan, sehingga lebih sering digunakan sebagai pelengkap untuk finishing berbasis minyak.
Wax ideal untuk furniture indoor atau elemen dekoratif yang tidak sering digunakan, seperti meja aksen atau bingkai kayu.
Ramah lingkungan: Tingkat VOC rendah, tidak menghasilkan limbah thinner beracun.
Ramah lingkungan: VOC tinggi, limbah solvent dapat mencemari lingkungan.
Ramah lingkungan: Bahan alami, tidak ada emisi VOC.
Ramah lingkungan: VOC tinggi, solvent menghasilkan limbah kimia.
Pemilihan topcoat sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi furniture. Apakah kamu ingin mempertahankan estetika alami kayu, melindungi furniture dari kelembapan, atau hanya menambahkan kilau? Pertimbangan seperti lokasi penggunaan (indoor atau outdoor), gaya finishing, dan anggaran juga berperan penting.
Kini Tersedia Top Coat yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan

1. Polyurethane (PU)
Polyurethane adalah salah satu jenis topcoat yang paling populer di dunia finishing kayu. Ini karena PU menawarkan lapisan pelindung yang keras, tahan lama, dan serbaguna. PU mampu melindungi kayu dari air, goresan, panas, bahkan bahan kimia ringan. Inilah sebabnya polyurethane sering digunakan untuk produk yang menghadapi penggunaan berat, seperti lantai kayu, meja makan, atau countertop dapur.
Kelebihan lain dari PU adalah ketersediaannya dalam berbagai hasil akhir, dari yang mengilap (glossy) hingga yang lembut (matte). Sayangnya, PU berbasis solvent cenderung mengeluarkan bau yang kuat selama proses aplikasi, meski sekarang tersedia juga versi berbasis air yang lebih ramah lingkungan dan lebih mudah digunakan di area indoor.

2. Water-based Acrylic
Jika kamu mencari hasil finishing yang jernih dan tahan lama, terutama untuk kayu dengan warna terang seperti pinus, acrylic adalah pilihan yang sangat baik. Topcoat berbahan dasar acrylic memiliki keunggulan utama yaitu tidak menguning seiring waktu, sehingga cocok untuk furniture yang ingin mempertahankan keindahan warna aslinya.
Kelebihan lain dari acrylic adalah fleksibilitasnya. Lapisan ini tidak mudah retak atau pecah, bahkan jika kayu memuai atau kontraksi akibat perubahan suhu atau kelembapan. Jika dirasa kurang kuat untuk outdoor, kamu bisa menggunakan top coat berbahan polyurethane.
3. Melamine
Melamine dikenal sebagai pilihan ekonomis untuk finishing kayu. Proses aplikasinya relatif cepat dan sederhana, menjadikannya favorit untuk kebutuhan furniture produksi massal, seperti kabinet atau rak buku. Namun, melamine memiliki kekurangan dalam hal daya tahan terhadap air dan goresan jika dibandingkan dengan PU.
Untuk keperluan indoor, terutama furniture yang tidak sering terpapar kelembapan atau beban berat, melamine bisa menjadi alternatif yang efisien dari segi biaya.
Baca juga tentang: Mengenal Istilah Tingkat Glossy berdasar Sheen Level
4. Varnish
Varnish adalah pilihan klasik untuk mereka yang ingin mempertahankan keindahan alami kayu. Topcoat ini biasanya transparan, sehingga serat-serat kayu yang indah tetap terlihat jelas. Selain itu, varnish sering digunakan pada furniture outdoor karena mampu melindungi kayu dari cuaca, meski butuh aplikasi ulang secara berkala untuk menjaga performanya.
Varnish tersedia dalam berbagai tingkat kilau, dari matte hingga super glossy, dan sering digunakan pada perabot kayu yang membutuhkan sentuhan estetis tanpa kehilangan fungsionalitasnya.

5. Shellac
Shellac adalah topcoat yang terbuat dari bahan alami, yakni resin yang dihasilkan oleh serangga jenis lac. Karena sifatnya yang organik, shellac sering digunakan untuk memberikan sentuhan tradisional pada furniture antik. Shellac memberikan kilau hangat yang khas, tetapi sayangnya tidak tahan terhadap air atau panas, sehingga tidak cocok untuk penggunaan berat.
Meski begitu, kelebihan utama shellac adalah kemudahannya diperbaiki. Jika permukaan kayu rusak, cukup poles ulang tanpa harus menghapus lapisan sebelumnya.
6. Wax (Lilin)
Wax adalah topcoat yang lebih bersifat dekoratif dibandingkan protektif. Lapisan lilin memberikan hasil akhir matte atau satin yang lembut, cocok untuk furniture bergaya rustic atau natural. Namun, wax tidak memberikan perlindungan maksimal terhadap air atau goresan, sehingga lebih sering digunakan sebagai pelengkap untuk finishing berbasis minyak.
Wax ideal untuk furniture indoor atau elemen dekoratif yang tidak sering digunakan, seperti meja aksen atau bingkai kayu.
Simulasi Perbandingan Jenis Top Coat Hemat dan Ramah Lingkungan
1. Water-Based Acrylic
- Komposisi: 100% dicampur dengan air.
- Harga water-based acrylic per liter: Rp 150.000.
- Kebutuhan pelarut: Tidak perlu thinner, cukup air (gratis).
- Estimasi coverage per liter: 8-10 m².
- Biaya total per m²:
Rp 150.000 ÷ 10 m² = Rp 15.000/m².
Ramah lingkungan: Tingkat VOC rendah, tidak menghasilkan limbah thinner beracun.
2. Polyurethane (PU) Solvent-Based
- Komposisi: 80% PU + 20% thinner.
- Harga PU per liter: Rp 120.000.
- Harga thinner per liter: Rp 40.000.
- Kebutuhan pelarut: Untuk 1 liter PU, butuh 0,25 liter thinner.
- Estimasi coverage per liter PU: 8 m².
- Biaya total per m²:
[(Rp 120.000 + (Rp 40.000 × 0,25)) ÷ 8 m²] = Rp 16.250/m².
Ramah lingkungan: VOC tinggi, limbah solvent dapat mencemari lingkungan.
3. Wax (Lilin)
- Komposisi: Siap pakai, tanpa campuran pelarut.
- Harga wax per 500 gram: Rp 100.000.
- Estimasi coverage per 500 gram: 15 m².
- Biaya total per m²:
Rp 100.000 ÷ 15 m² = Rp 6.666/m².
Ramah lingkungan: Bahan alami, tidak ada emisi VOC.
4. Melamine
- Komposisi: 70% melamine + 30% thinner.
- Harga melamine per liter: Rp 100.000.
- Harga thinner per liter: Rp 40.000.
- Kebutuhan thinner: Untuk 1 liter melamine, butuh 0,5 liter thinner.
- Estimasi coverage per liter melamine: 9 m².
- Biaya total per m²:
[(Rp 100.000 + (Rp 40.000 × 0,5)) ÷ 9 m²] = Rp 16.666/m².
Ramah lingkungan: VOC tinggi, solvent menghasilkan limbah kimia.
Pemilihan topcoat sangat tergantung pada kebutuhan dan kondisi furniture. Apakah kamu ingin mempertahankan estetika alami kayu, melindungi furniture dari kelembapan, atau hanya menambahkan kilau? Pertimbangan seperti lokasi penggunaan (indoor atau outdoor), gaya finishing, dan anggaran juga berperan penting.
Kini Tersedia Top Coat yang Ekonomis dan Ramah Lingkungan
